Surabaya pernah membangun sungai buatan untuk menghalau banjir? sungai itu adalah Sungai Jagir. Ini bukannya sungai alam ciptaan Tuhan namun Sungai buatan manusia. Namun sejak 1960-an kondisinya rusak karena tanggulnya hilang dimakan bangunan.
Sejumlah literatur lawas mengungkapkan sungai ini baru dibangun pada 1865 dengan sebutan proyek Djagir Kanaal atau Kanaal Wanakrama. Namun ada catatan yang menyebut proyek ini dibangun tahun 1879. Namun tetap lebih awal dibanding Batavia yang membangun banjir kanal barat pada 1922.
Pintu air atau dam Jagir dibangun pada masa pemerintahan Belanda sekitar 1912, berada di Desa Pacekan. Kawasan ini kemudian berkembang menjadi kampung-kampung lain yang sejajar. Kawasan tersebut memanjang hingga memasuki kawasan Wonocolo. Pintu Air Jagir dibangun untuk pengontrolan air sungai yang masuk ke Surabaya. Pintu air ini banyak menyuplai bahan baku air tersaring untuk konsumsi air bersih warga kota. Meskipun pintu air itu adalah bangunan utilitas, tapi arsitekturnya dibuat sangat baik.
Bangunan Pintu Air Jagir ini sebenarnya dapat dijadikan aset wisata yang dapat mendatangkan devisa negara. Nilai kesejarahan pintu air ini dapat dipromosikan kepada wisatawan domestik maupun Belanda yang memiliki relasi masa silam. Kondisi pintu air sekarang ini tak ubahnya sebuah tugu tak bertuan. Padahal, para pelancong (terutama dari Belanda) yang berkunjung ke Surabaya ingin sekali menyaksikan semua pintu air di Surabaya, tak terkecuali Pintu Air Jagir.
Langkah memperindah Wonokromo, seperti sekarang tampak gemerlap, membawa efek lanjutan berupa pembersihan Kali Wonokromo dan Kalimas secara total. Pintu Air Jagir dapat dijadikan tonggak awal wisata air dari kawasan Surabaya Selatan. Wisata air memang membutuhkan perahu-perahu molek yang kondusif untuk plesiran di sepanjang aliran sungai.
Pintu Air Jagir
Posted by
sim-G4
Sabtu, 27 Juni 2009
0 comments:
Posting Komentar